Kubuka jendela kamarku yang dipenuhi embun bening, sebening pagi ini. Matahari terlihat tersenyum cerah dan mengumbar senyum manisnya ke seluruh penjuru dunia. Yah, hari ini akan dipenuhi dengan keceriaan, begitulah pikirku saat ku membuka lembaran baru dan jendela kamarku sambil mengucapkan " Selamat pagi dunia !". Jam dinding di kamarku yang bercat putih, sesuai dengan warna kesukaanku saat itu menunjukkan tepat pukul setengah enam pagi. Ku mengucak mata sayuku untuk mengembalikan rohku meninggalkan dunia mimpi dan kembali ke dunia nyata ini. Lalu ku membuat tanda salib untuk mengawali doaku sebagai perwujudan rasa syukur dan terima kasih atas anugerah pagi ini, lalu kubuat kembali tanda salib sebagai akhir doaku.Ku menengok ke sebelah kananku, dan tak terlihat sesosok wanita tua renta yang biasa kupanggil dengan sebutan Oma .
Oma adalah sesosok wanita yang sangat berjasa dalam hidupku dan ialah satu-satunya yang kumiliki sekarang ini. Kedua orang tuaku meninggal dunia lima tahun yang lalu saat kotaku dijajah, aku selamat karena pada saat itu aku sedang berlibur ke rumah Omaku. Sekarang yang kulihat hanya selimut batiknya yang sudah terlipat rapi. Kulipat selimut bergambar mawar putih milikku lalu meninggalkan kamar." Oma! " teriakku." Ada apa Nessa? Kok pagi-pagi sudah teriak-teriak " sahut Oma . Suara halusnya berdengung di telingaku sebagai suara pertama yang menyapaku hari ini. Kulihat tangannya yang keriput membawakan secangkir teh hangat. Sempat ada perasaan haru dalam hatiku, tangan yang keriput itu masih mampu membuatkanku secangkir teh hangat untukku. Itulah kebiasaanku bersama Oma di pagi hari, ia membuatkanku secangkir teh hangat begitu juga untuk dirinya sendiri. Lalu kami pergi ke bangku di teras rumah dan berteh ria, itulah istilah kami. Sedang berteh ria, kami menceritakan mimpi kami semalam. " Semalam aku bermimpi bertemu mama dan papa di sebuah Istana yang megah."ucapku.Lalu Oma tersenyum manis menatapku.Perkenalkan namaku Vanessa, biasa dipanggil Nessa. Vanessa adalah sebuah nama pemberian dari tiga orang yang sangat kucintai, Oma, Mama dan Papa ini memiliki makna yaitu kupu-kupu . Aku berpikir suatu saat nanti aku pasti bisa seperti seekor kupu-kupu, dapat terbang kian kemari mengitari dan bersenandung diatas sekumpulan mawar-mawar putih nan indah. Lagi-lagi mawar putih, itulah impianku yang sangat ingin kuraih. Bagiku mawar putih adalah sekuntum bunga yang paling indah diantara yang paling indah dan istimewa diantara yang paling istimewa. Aku mulai menyukai mawar putih semenjak ku mendapatkan hadiah ulang tahun dari papaku. Aku menganggap mawar putih adalah kado yang istimewa karena sesuai dengan warna kesukaanku. Dan yang lebih menakjubkan lagi untuk mendapatkan sekuntum mawar putih saja sangat sulit sekali di kotaku. Aku mendapatkannya dari papaku yang memetik sekuntum mawar putih di sebuah taman yang dipenuhi oleh bunga-bunga saat ia bertugas ke luar negeri.
Aku menyukai mawar putih hingga sekarang, hingga detik ini. Hingga sekarang aku hanya memiliki satu kuntum mawar putih yang kusimpan di sebuah lemari kaca di kamarku. Sehingga jika aku melihat mawar putih itu tanpa disadari aku akan menitikkan air mata sebagai ungkapan rasa rindu pada mama dan papa yang kini telah hidup bahagia bersama Sang Maha Pemurah di Surga. Setiap malam ketika sang rembulan menyinari malam yang sunyi itu, aku membuka jendela kamarku. Menunggu Oma terlelap, maka kumulai menceritakan isi hatiku pada sang rembulan. Karena jika aku bercerita sebelum Oma tidur, ketika aku bercerita tanpa disadari tetes demi tetes air mata ini keluar dengan sendirinya. Dan kalau Oma melihatku, maka ia akan turut menangis karena memikirkan kesedihanku. Kupikir rembulan kan menyampaikannya pada mamaku di surga. Malam itu aku bercerita bahwa aku rindu sekali padanya, rindu pada sosoknya serta rindu pada dongeng yang diceritakannya berulang kali hingga ku hafal. Walau telah hafal dan hanya dongeng itu saja yang ia ceritakan, tetapi itu sama sekali tak membuatku bosan. Karena dongeng itu bercerita tentang, impian seorang gadis belia yang ingin sekali bisa menapakkan kakinya di sebuah Istana megah yang diselimuti mawar.
Kukuruyuk......Suara kokok ayam jantan memecah dunia mimpiku, pertanda pagi sudah datang. Diikuti oleh sang mentari yang tersenyum saat kubuka jendela kamarku. Setelah ku berdoa kutinggalkan kamarku lalu menghampiri Oma yang sedang berkutat di dapur sambil memegang dua buah kantung teh celup." Selamat pagi Oma ! "" Pagi Nessa ! Ayo mandi! Nanti terlambat lho?"" Ok Oma..."Aku pun bergegas ke kamar mandi, kuambil handuk dan sikat gigi dan mulai menyikat gigiku yang putih. Setelah gigiku sudah menjadi lebih putih, baru ku berani mengumbar senyum pada dunia pagi itu." Hai Oma ! Aku sudah rapi kan? " tanyaku sambil menunjukkan penampilanku yang sudah lengkap, mulai dari seragam sekolah dan rambut yang telah terkuncir rapi bagiku. Tapi Oma menggelengkan kepalanya." Sini Oma betulkan kuncirnya! " Bagiku sudah rapi tapi bagi Oma belum. Itulah salah satu penyebabnya aku harus bangun pagi karena membutuhkan waktu lebih untuk merapikan rambutku. Setelah itu Oma menambahkan sebuah aksesoris berwarna pink, yang dibelinya di pasar tadi pagi." Nah kalau begini kan sudah cantik! " serunya." Ayo Oma kita berteh ria ! " ajakku.Lalu kami berdua pergi melangkah ke bangku depan di teras rumah. Setelah tehnya sudah dihabiskan dan masing-masing dari kami sudah menceritakan mimpi kami, aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki." Oma aku pergi ya! " kataku sambil melangkah keluar rumah sesudah mengecup tangan kanannya." Hati-hati ya nak! Belajar yang benar! " nasehatnya.Aku mengangguk sambil berlari
Kriiing... Bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera dimulai. Jam pertama diisi oleh Bu Maura yaitu pelajaran mengarang, pelajaran yang paling aku suka. Terlebih aku juga sering diberi penghargaan oleh sang penulis, alias Bu Maura sendiri. Menurutku Bu Maura adalah sesosok yang hebat, selain menjadi guru mengarang, Ia juga merupakan penulis terkenal.Di sekolah aku sangat gembira dan bahagia, bisa berkumpul bersama kawan-kawan, terlebih ketiga kawanku yang paling istimewa yaitu Vivian si cantik jelita, Vianca si murah senyum yang sering menghibur hati kawan yang sedih dan Valencia si jagoan Sains. Maka teman-teman di sekolah menyebut kami, " four V forever". Memang agak sukar disebut, tapi semboyan itu tetap melekat dalam tali persahabatan kami berempat. Kriiing... Bel sekolah berbunyi kembali. Pertanda pelajaran usai. Tapi alangkah sedihnya aku, aku tidak bisa langsung pulang ke rumah karena hujan turun dengan derasnya begitu pula dengan petir yang sambar-menyambar bersahutan. Tapi kupaksakan diri untuk pulang ke rumah, karena aku sudah tidak bisa menahan rasa rindu pada Oma. Sesampainya di rumah aku langsung membersihkan diri lalu aku pun langsung menuju ke tempat Oma berada. Saat ku mendekati Oma, ku tersentak. Oma batuk-batuk tiada henti. Sepertinya batuk yang dideritanya sudah cukup parah." Oma! Oma kenapa? Oma sakit? "" Tidak Ness kecil uhuk...uhuk..." sahutnya tertatih-tatih karena batuknya.Ness kecil itulah panggilan kesayangan Oma padaku." Bohong!Oma sakit batuk? Aku belikan obat di apotek ya? " " Tidak usah uhuk...Ness kecil. Lagipula ini kan uhuk...hujan? Nanti kamu sakit. " katanya kembali dengan suara serak dan parau." Baiklah Oma. Bagaimana kalau kita pergi ke dokter setelah hujan reda?" Tetapi Oma menggelengkan kepalanya. Siang berganti malam, matahari tak tampak melainkan rembulan. Seusai makan malam bersama Oma tak sengaja aku mendengar suara batuk dari kamar mandi dan yang tak lain adalah Oma. Aku sengaja mengintip dari tembok dekat pintu kamar mandi. Betapa tertikamnya hatiku ketika melihat Oma yang batuk sampai mengeluarkan darah dalam jumlah yang tak sedikit. Aku meneteskan air mata karena sudah tak tahan lagi aku langsung menghampiri Oma." Oma!!! Oma kenapa? "" Tidak uhuk... Ness kecil..."" Ayo Oma sini kubantu! " kutuntun Oma menuju ruang tamu setelah membersihkan mulutnya.Setelah itu aku pergi menuju apotek. Tiada alasan apapun yang dapat menghambat aku untuk membelikan Oma obat. Beberapa menit kemudian aku tiba di rumah. Lalu menuju ke dapur, membuatkan Oma secangkir teh hangat dan menyiapkan obat untuknya." Ness kecil, uhuk...habis darimana kamu? "" Dari apotek Oma. Ayo sekarang Nessa sudah belikan obat dan buatkan tehuntuk Oma. Diminum ya? "" Ness kecil kamu uhuk...uhuk...baik sekali. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot membelikan Oma obat. Lagipula ini kan sudah malam. Oma tidak apa-apa kok."" Tidak Oma, Nessa tidak merasa direpotkan kok. Sekarang diminum obatnya ya? "Oma mengangguk lalu meminum obat berupa dua buah tablet." Gimana Oma? Sudah baikan? "" Ya Ness kecil." tapi suaranya masih serak." Oma, tadi Oma batuk sampai mengeluarkan darah. Ada apa sebenarnya? "" Tidak ada apa-apa Ness. Paling itu hanyalah flek ringan. "" Flek ringan??? " aku bertanya-tanya dalam hati. Hari sudah larut, jam dinding menunjukkan tepat pukul sembilan malam." Ness kecil ayo tidur! Besok kan kamu sekolah. "" Iya Oma. " Kami mematikan semua lampu lalu pergi ke kamar dan tidur. Tapi tidak bagiku, sebelum tidur aku berdoa. Berdoa mendoakan Oma supaya lekas sembuh. Setelah itu aku menyelimuti tubuh Oma lalu tidur.
Hari-hari selanjutnya aku jalani seperti biasa, berkumpul bersama kawan di sekolah dan tinggal di rumah dengan Oma. Tapi entah apa penyakit yang dideritanya, kondisi Oma semakin parah. Tubuhnya yang kurus semakin kurus, renta dan rapuh. Tak sampai hati aku melihatnya. Tak bosan-bosan untuk menawarkan,menyuruhnya bahkan memaksanya untuk memeriksakan kondisi tubuhnya ke dokter.Tapi tetap saja Ia tak mau. Hingga suatu pagi, Oma yang membuatkanku teh hangat di pagi itu menunjukkan sikap-sikap yang aneh. Ia seperti mau aku temani terus dan tak mau aku tinggal. Seperti biasa kami menceritakan mimpi kami semalam, aku bermimpi agak aneh malam tadi. Aku bermimpi aku bertemu mama, papa di Istana megah. Tetapi tak hanya mama dan papa, aku juga bertemu Oma disana. Bahkan yang lebih menakjubkan, Istana itu dipenuhi oleh mawar-mawar putih yang masih segar dan cantik. Baru kali ini aku bermimpi seperti itu. Tapi saat aku menceritakannya pada Oma, Ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. " Oma sudah siang nih... Nessa berangkat dulu ya! "Biasanya Oma yang selalu tersenyum, kini ia menangis. Butiran-butiran air matanya terlihat jelas di pipinya yang pucat. " Oma kenapa menangis? "Lalu Oma memelukku, erat sekali. Seolah tak mau berpisah denganku. Maka kuputuskan untuk tidak bersekolah hari ini. Tapi Oma tidak setuju, ia tetap menyuruhku untuk bersekolah. Setelah itu Oma mengecup keningku sambil meneteskan air matanya. Dengan berat hati aku pun meninggalkan Oma dan berangkat ke sekolah. Di sekolah aku tidak bisa berkonsentrasi, ada perasaan dan firasat tidak enak yang mengganjal hati dan pikiranku.
Kriiing... bel akhir sekolah pun berbunyi. Aku pun pulang ke rumah. Saat menyusuri gang menuju rumah, kulihat bendera kuning. " Siapa yang meninggal?" terlintas di benakku.Saat ku sampai di rumah, banyak orang memakai baju hitam bergerumul di rumahku." Ada apa ini? " tanyaku curiga." Vanessa sayang, Oma kamu..." " Oma kenapa tante? " tanyaku memaksa pada salah seorang tetanggaku." Oma meninggal..." jawabnya sambil menundukkan kepalanya." OMA!!! " teriakku histeris sambil menangis dan menghampiri Oma.Kulihat wanita tua itu terbaring lemah tak berdaya di kasur dengan mulut yang berlumuran darah." Oma!!! " ujarku sambil memeluk tubuhnya yang sudah kaku dan dingin.Aku masih menangis menggenggam tangan rentanya. Oma adalah segalanya bagiku. Ia yang membuatkanku teh hangat, Ia yang selalu menjadi teman bertukar mimpi dan ia yang sangat teramat baik bagiku. Kini ku sadar, perasaan tidak enak tadi itu terjadi karena didasari oleh peristiwa pahit ini, dan ciuman di keningku itu? Adalah kecupan terakhir dari Oma. Ya, kini Oma telah pergi untuk selamanya. Beberapa bulan berlalu, ku kembali melihat timbangan untuk mengukur berat badanku. Berat badanku terus-menurun dari hari ke hari. Semangat hidupku terus berkurang. Bahkan prestasiku pun juga terus menurun. Pelajaran mengarang yang sangat menyenangkan bagiku kini terasa membosankan. Kumpulan puisi karanganku yang telah kubuat itu kini telah dijadikan buku oleh Bu Maura, dan itu tak membuatku bangga. Vivian, Valencia dan Vianca selalu berkata bahwa mereka rindu akan senyumanku. Tapi aku tak peduli, bahkan aku sudah tak peduli lagi dengan " four V forever". Aku tak bisa hidup tanpa Oma. Setiap hari kusempatkan pergi ke makam Oma untuk berkeluh kesah dan berbagai rasa kecewa serta penyesalan. Setiap saat selain ke makam Oma aku hanya duduk di kasur, membuka jendela sambil memandang sang mentari yang menyinariku. Tapi aku tak merasa disinari, aku merasa telah diselimuti awan mendung. Sambil berkeluh kesah pada Tuhan juga, " mengapa Ia mengambil Mama, Papa dan Oma dariku? ". Sampai suatu hari, aku dapat melihat ragaku terbaring lemah tak berdaya dari atas, dikelilingi orang-orang yang menangisi seorang Vanessa, bukan Vanessa dan melihat seorang Vanessa yang didoakan. Kini aku tahu, aku sudah bukan seorang manusia lagi dan aku telah meninggalkan dunia fana masuk ke dunia yang abadi. Kini aku dapat terbang, terbang bersama burung-burung, bersenandung diatas awan, berjalan mengitari pelangi dan menari-nari bersama rintik-rintik hujan. Kini senyum ceria dapat terlihat lagi dari wajahku, karena ku tahu ku kan bertemu Oma kembali.
Dan di ujung perjalanan ini akhirnya ku mencapai puncak kebahagiaan. Aku bertemu dengan Oma, mama dan papa di sebuah Istana megah yang diselimuti mawar putih nan indah. Aku langsung memeluk Oma dan berharap takkan berpisah selamanya. Akhirnya impian dan mimpiku selama ini terkabul, aku bisa menjadi seekor kupu-kupu cantik yang mengitari Istana Mawar Putih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment